Cut Nyak Dhien - wikipedia |
Bio Data Cut Nyak Dhien
- Nama Lengkap : Tjoet Njak Dhien
- Alias : Cut Nyak Dhien
- Lahir : 1848, Lampadang, Kesultanan Aceh
- Meninggal : 6 November 1908, Sumedang, Hindia Belanda
- Dikenal karena : Pahlawan Nasional Indonesia
- Agama : Islam
- Pasangan : Ibrahim Lamnga, Teuku Umar
- Anak : Cut Gambang
- SK Presiden : Keppres No.106 Tahun 1964, Tgl. 2 Mei 1964
Cut Nyak Dhien merupakan pahlawan nasional wanita Indonesia asal Aceh. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh Besar. Ketika usianya menginjak 12 tahun, Cut Nyak Dhien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga yang juga berasal dari keluarga bangsawan.
Semenjak Belanda menyerang Aceh untuk pertama kalinya pada tanggal 26 Maret 1873, semangat Cut Nyak Dhien untuk memerangi pasukan kolonial Belanda mulai timbul. Peristiwa gugurnya Teuku Cek Ibrahim Lamnga dalam peperangan melawan Belanda pada tanggal 29 Juni 1878 semakin menyulut kemarahan dan kebencian wanita pemberani ini terhadap kaum penjajah tersebut. Ia kemudian menikah lagi dengan Teuku Umar yang juga merupakan pahlawan nasional Indonesia di tahun 1880.
Awalnya Cut Nyak Dhien menolak pinangan Teuku Umar, tetapi ia akhirnya setuju untuk menikah dengan pria yang masih memiliki garis kekerabatan dengan dirinya ini setelah Teuku Umar menyanggupi keinginannya untuk ikut turun ke medan perang. Ia sangat ingin mengenyahkan Belanda dari bumi Aceh dan menuntut balas atas kematian suaminya terdahulu.
*) Baca Juga Biografi Fatmawati - Istri Ir Soekarno
Bersama dengan Teuku Umar dan para pejuang Aceh lainnya, Cut Nyak Dhien pun gencar melakukan serangan terhadap Belanda. Dalam masa perjuangan tersebut, Cut Nyak Dhien sempat mendapat makian dari Tjoet Njak Meutia yang juga pejuang wanita dari Aceh lantaran keputusan suaminya, Teuku Umar, menyerahkan diri pada Belanda dan bekerja sama dengan mereka. Padahal Teuku Umar tidak benar-benar menyerahkan diri pada Belanda. Hal ini ia lakukan sebagai taktik untuk mendapatkan peralatan perang Belanda. Setelah niatnya terlaksana dan ia kembali pada Cut Nyak Dhien dan para pengikutnya, Belanda yang merasa telah dikhianati oleh Teuku Umar melancarkan operasi besar-besaran untuk memburu pasangan suami-istri tersebut. Teuku Umar pun akhirnya gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.
Sepeninggal suaminya, Cut Nyak Dhien masih meneruskan perlawanan kepada Belanda. Namun, sakit encok yang dideritanya dan kondisi matanya yang mulai rabun membuat para pengawalnya merasa kasihan dan akhirnya membuat kesepakatan dengan Belanda bahwa Cut Nyak Dhien boleh ditangkap asalkan diperlakukan secara terhormat, bukan sebagai penjahat perang.
Setelah Belanda menyetujui kesepakatan ini, Cut Nyak Dhien pun akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Ia kemudian dibuang ke Sumedang tanggal 11 Desember 1905 dan menghembuskan napas terakhirnya di sana tanggal 6 November 1908. Jenazah Cut Nyak Dhien kemudian dikebumikan di Gunung Puyuh, Sumedang.
PENGHARGAAN
- Gelar Pahlawan Nasional (1964)
- Namanya diabadikan sebagai salah satu nama kapal perang Indonesia
*) Ref Berbagai Sumber.
0 Komentar